Kita sudah bangun badan usaha pertanian kampus....
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Universitas Hasanuddin Makassar dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa dan meluncurkan program Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK) dalam rangka mencetak banyak pebisnis pertanian dan petani muda.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang hadir pada peluncuran BUPK, di Unhas Convention Center Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (21/7), mengatakan Kementan telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, yaitu Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern.
"Arah kebijakan ini menjadi pedoman untuk bertindak cerdas, cermat dan akurat bagi jajaran Kementerian Pertanian dalam mencapai kinerja yang lebih baik, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memanfaatkan teknologi mutakhir, dan korporasi petani sesuai arahan Bapak Presiden," kata Mentan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Mentan menambahkan pendidikan vokasi memiliki posisi penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM), khususnya dalam menyambut bonus demografi.
"Di saat puncak bonus demografi, dimana usia kerja mendominasi proporsi penduduk Indonesia, artinya kita harus sediakan peluang kerja sebanyak-banyaknya, kita harus siapkan kapasitas mahasiswa dan alumni kita agar produktif dan kompetitif," ujarnya pula.
Menurutnya, salah satu upaya untuk menumbuhkan wirausaha muda pertanian melalui pendidikan adalah dengan pembentukan BUPK dan pengelolaan secara bersama antara Polbangtan/PEPI Lingkup Kementan dengan perguruan tinggi.
"BUPK adalah wadah bagi mahasiswa, alumni perguruan tinggi dan pemuda tani yang akan menjadi entrepreneur atau pengusaha pertanian, sekaligus menjadi penggerak dan pencipta lapangan kerja di sektor pertanian serta mengembangkan usahanya," katanya lagi.
Dalam upaya menumbuhkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian, Mentan mengajak semua pihak untuk mengubah paradigma.
"Sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, menanamkan kesadaran akan kebutuhan pangan nasional," katanya lagi.
BUPK sendiri merupakan gagasan Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam menjawab tantangan dunia pertanian di masa depan sekaligus regenerasi petani.
"Badan Usaha Pertanian Kampus sebenarnya yang diinginkan kita (pemerintah dan kampus) untuk bersinergi untuk meningkatkan swasembada pangan," katanya pula.
Ia menambahkan, BUPK melakukan proses bisnis pertanian, produksi, pasca panen, pemasaran, dengan praktik bisnis yang sebenarnya, bukan hanya teori. Unit bisnisnya juga akan dikelola dengan profesional.
Sebagai motivasi untuk para mahasiswa yang hadir, Mentan pun sempat berdialog dengan petani milenial secara online.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan dengan adanya badan usaha tersebut, para mahasiswa Polbangtan diharapkan menjadi lulusan siap kerja bahkan sebagai pencetak lapangan kerja.
"Kita sudah bangun badan usaha pertanian kampus, insya Allah akan segera diluncurkan," kata Dedi.
Ia menjelaskan, badan usaha itu akan menjadi organisasi sekaligus unit kerja di kampus yang ditujukan agar para alumni siap berbisnis sendiri.
Mereka akan diasah untuk menekuni bidang agribisnis dengan berbagai fasilitas, seperti smart green house yang saat ini terus didorong Kementan.
"Ini semua akan mengarah ke sana sehingga kita memperkuat pendidikan vokasi," kata Dedi lagi.
Sedangkan Polbangtan Gowa sudah memiliki sebuah BUPK yang diberi nama Go-AGRise.
Go-AGRise diambil dari akronim Polbangtan Gowa Agribusiness Venture. Nama ini juga menunjukkan visi menjadi bisnis yang maju dan terus bertumbuh dan berkembang.
Go-AGRise adalah Badan Usaha Pertanian Kampus Polbangtan Gowa, yaitu badan usaha mandiri yang merupakan unit usaha Koperasi Kesuma Polbangtan Gowa, berbadan hukum koperasi
Go-AGRise memiliki beberapa unit bisnis, yaitu unit bisnis peternakan unggas, unit bisnis pupuk kompos, unit bisnis hortikultura, dan unit bisnis pengolahan kakao.
Sedangkan lingkup kerja sama pengelolaan BUPK Polbangtan Gowa dan Universitas Hasanuddin (Unhas), antara lain BUPK Unhas menjadi Pembina BUPK Polbangtan Gowa.
Kemudian BUPK Unhas menjadi mitra offtaker dari produk yang dihasilkan BUPK Polbangtan Gowa, atau sebaliknya.
Kemudian BUPK Polbangtan Gowa bermitra dengan BUPK Unhas dalam hal penyediaan bahan baku, market place, dan proses bisnis lainnya.
BUPK Polbangtan Gowa dan BUPK Unhas juga bekerjasama menghasilkan produk bersama yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Terkait hal itu Sekretaris Universitas Hasanuddin Sumbangan Baja menyambut baik peluncuran BUPK Polbangtan Gowa yang bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin.
"Proses pembahasan BUPK memang sudah cukup lama, dan hari ini kita luncurkan. Sebelumnya kerja sama dengan Kementan sudah lama terjalin, dan masalah ada di pemasaran, semoga BUPK hadir sebagai solusi," ujarnya.
Ia mengatakan Universitas Hasanuddin melakukan penyesuaian kurikulum dengan mengarahkan mahasiswa kepada agribisnis.
"Harapannya dengan kerjasama ini akan lahir lebih banyak pengusaha petani milenial dan unit bisnis agribisnis," ujarnya.
Sejumlah petani milenial yang dihadirkan secara online dalam kegiatan ini. Di antaranya Ais, petani asal Bogor yang mengembangkan komoditas cabe Katokkon asal Tana Toraja.
Keunikan cabai Katokkon ini pun menjadi daya tarik tersendiri karena dikenal sebagai cabai terpedas di Indonesia.
Ais memperoleh omzet total Rp1,5 miliar per hektare, dengan biaya tanam Rp250 juta-Rp300 juta dengan siklus dua kali tanam.
Ada juga Indah, petani milenial asal Bali, dengan usaha Agrowisata Strawberry dengan sistem irigasi tetes. Dengan lahan seluas 7 ha, ia mampu meraup omzet Rp300 juta per bulan.
Baca juga: Kampus Merdeka dan Kedaireka bantu revitalisasi Bumdes
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023